Pada Januari 2020, dunia digemparkan dengan berita oleh WHO mengenai wabah suatu penyakit misterius yang terjadi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Pemerintah Tiongkok pada 31 Desember 2019 setelah 3 orang mengalami pneumonia tanpa sebab yang jelas, kemudian bertambah pesat menjadi 44 orang dalam beberapa hari, dan terus bertambah hingga mencapai ribuan kasus hingga sekarang. Setelah dilakukan penelitian, ditemukan bahwa penyebab Pneumonia yang berlangsung di Kota Wuhan ini merupakan spesies baru dari keluarga Coronavirus, yang pertama kali diberi nama 2019-nCov (2019 Novel Coronavirus). Kemudian pertanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama virus baru tersebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-2019). Terdapat 59 Negara yang telah terdapat kasus COVID-19 di negaranya. Dari data tersebut dapat dilihat, bahwa COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya sangat tinggi, terlihat dari kasus baru yang ditemukan rata-rata 1500 kasus per harinya.
COVID-19, merupakan kepanjangan dari Coronavirus disease, yang mana merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Dimana dimulai dari Wuhan, Cina sejak bulan Desember 2019. COVID-2019 sendiri merupakan patogen utama yang utamanya menargetkan sistem pernapasan manusia. Wabah sebelumnya dari coronavirus (CoV) termasuk sindrom pernafasan akut yang parah (SARS)-CoV dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS)-CoV yang sebelumnya telah ditandai sebagai agen yang merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang besar pada tahun 2003.
Biasanya coronavirus ini menginfeksi hewan, akan tetapi saat ini mampu menginfeksi manusia melalui mutase evolusi. Penyebaran virus ini melalui droplet, suatu partikel cairan yang kecil, yang mampu menjadi media penularan seperti melalui batuk dan bersin. Virus ini menyerang saluran pernapasan dari manusia. Sehingga menimbulkan gejala gangguan pernapasan seperti, sesak napas, batuk, sakit tenggorokan, lemas, demam, sakit kepala bahkan timbul gejala dari saluran pencernaan berupa diare. Hal yang ditakutin dari COVID-19, apabila terdapat gejala yang berat berupa pneumonia yang berat. Walaupun demikian kebanyakan pasien memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi yang baik.
Berdasarkan laporan dari WHO yang dirilis pada tanggal 1 Maret 2020, diberitahukan bahwa ada 87.137 orang di seluruh dunia yang telah dipastikan mengidap COVID-19 dimana ada 1739 kasus baru. Di Indonesia sendiri berdasarkan pernyataan dari Pak presiden Joko Widodo terdapat 2 orang di Indonesia yang dinyatakan positif terkena COVID-19. Kasus di Indonesia ini belum masuk dalam pemberitaan WHO dikarenakan baru diumumkan pada tanggal 3 Maret 2020.
Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi, yaitu:
· HCoV-229E.
· HCoV-OC43.
· HCoV-NL63.
· HCoV-HKU1.
· SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
· MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).
· 2019-nCoV atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus
· COVID-2019
Gambar 1. Penyebaran Virus SARS-CoV-2 oleh Johns Hopkins CSSE pertanggal 2 Maret 2020 pukul 22.00 WITA
Di Indonesia sendiri, kasus positif COVID-19 baru saja diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia ke-7, Bapak Joko Widodo saat memberikan keterangan di Istana Merdeka. Beliau menjelaskan bahwa ada 2 kasus yang ditemukan dan diidentifikasikan sebagai kasus positif COVID-19. Beliau menjelaskan bahwa 2 orang yang teridentifikasi positif COVID-19 merupakan ibu dan anak.
Seperti SARS dan MERS yang merupakan keluarga Coronavirus, SARS-CoV-2 diduga merupakan virus yang didapat manusia melalui hewan. Kebanyakan keluarga Coronavirus akan menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit menular tertentu, seperti Kelelawar, tikus bamboo, unta, dan musang yang merupakan inang yang biasa ditemukan pada keluarga Coronavirus.
Coronavirus dapat masuk dan ditularkan dari manusia yang satu ke manusia lainnya melalui droplet, seperti bersin dan batuk. Selain itu kontak langsung dengan suspect positif Covid-19 dan benda mati masih dalam proses penelitian lebih lanjut. Namun, Menteri Kesehatan Singapura, Mr. Gan Kim Yong menjelaskan dalam pidatonya pertanggal 2 Maret 2020 bahwa ada indikasi SARS-CoV-2 dapat bertahan hidup selama beberapa hari pada benda mati, sama seperti keluarga Coronavirus lainnya.
Secara Etiologi Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56°C selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.
Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS). Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars) sebagai host alamiahnya. Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral. Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus (SARS- CoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1 diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut laringotrakeitis (croup).
Faktor resiko dalam persebaran virus corona
1. Riwayat ke China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit) dalam waktu 14 hari sebelum timbul gejala
2. Kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-2019
3. Mengunjungi fasilitas kesehatan di negara dimana infeksi COVID-2019 terkait rumah sakit telah dilaporkan
4. Kontak dengan hewan (jika hewan penular sudah teridentifikasi) di negara yang diketahui kasus COVID-2019 bersirkulasi pada hewan atau pada manusia akibat penularan hewan (zoonosis).
5. Anda berisiko tinggi terkena virus ini jika bersentuhan dengan seseorang yang terinfeksi, terutama jika Anda terpapar air liur mereka atau berada di dekat mereka ketika mereka batuk atau bersin.
6. Pria yang lebih tua tampaknya sangat rentan terhadap virus. Sebuah laporan dari Sumber Tepercaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa usia rata-rata orang yang dites positif untuk virus corona ini adalah sekitar 45 tahun, dan lebih dari dua pertiga dari orang tersebut adalah laki-laki.
Gejala klinis yang tampak biasanya Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
Klasifikasi Klinis
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat. 26
Definisi takipnea pada anak:
1. < 2 bulan : ≥ 60x/menit
2. 2-11 bulan : ≥ 50x/menit
3. 1-5 tahun : ≥ 40x/menit.
c. Pneumonia berat
Pada pasien dewasa
● Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
● Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.
Kriteria definisi Severe Community-acquired Pneumonia (CAP) menurut Diseases Society of America/American Thoracic Society.
Pada pasien anak-anak: ● Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:
Sianosis central atau SpO2 <90%
Distress napas berat (retraksi dada berat)
Pneoeumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum; letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO2) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO2) kurang dari< 300 mmHg. Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan: opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps paru atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi. Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia.
Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai 0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia melalui tekanan oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin meningkat), kardivaskular (hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin.
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan ≥ 2 kriteria systemic inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya harus suhu abnormal atau hitung leukosit
Dalam persebaran infeksi virus COVID- 19 Masa inkubasi COVID-19 diperkirakan dalam 14 hari setelah paparan, dengan sebagian besar kasus terjadi sekitar lima hari setelah paparan.Dalam sekelompok keluarga infeksi, timbulnya demam dan gejala pernapasan terjadi sekitar tiga sampai enam hari setelah paparan dugaan. Demikian pula, dalam analisis 10 pasien dengan pneumonia COVID-19 yang dikonfirmasi, estimasi masa inkubasi rata-rata adalah lima hari.
Pada pasien dengan COVID-19, jumlah sel darah putih dapat bervariasi. Leukopenia, leukositosis, dan limfopenia telah dilaporkan, meskipun limfopenia tampak paling umum. Peningkatan kadar aminotransferase juga telah dijelaskan. Saat masuk, banyak pasien dengan pneumonia memiliki kadar prokalsitonin serum normal; Namun, pada mereka yang membutuhkan perawatan unit perawatan intensif (ICU), mereka lebih cenderung meningkat. Menurut WHO, waktu pemulihan tampaknya sekitar dua minggu untuk infeksi ringan dan tiga hingga enam minggu untuk penyakit parah.
Beberapa studi kohort pasien dari Wuhan dengan COVID-19 yang dikonfirmasi telah menggambarkan berbagai temuan klinis. Dalam sebuah penelitian yang menggambarkan 138 pasien dengan pneumonia COVID-19 di Wuhan, usia rata-rata adalah 56 tahun (kisaran interkuartil 42 hingga 68 tahun). Hampir semua (99 persen) melaporkan demam, 59 persen menderita batuk kering, dan 35 persen menderita mialgia. Dispnea berkembang pada 31 persen setelah rata-rata lima hari sakit. Limfopenia adalah umum, dan semua pasien memiliki kelainan paru parenkim pada computed tomography pada dada, termasuk bayangan tambal sulam bilateral atau kekeruhan tanah-kaca. Sindrom gangguan pernapasan akut berkembang pada 20 persen, dan ventilasi mekanis diterapkan pada 12,3 persen. Di antara enam pasien yang meninggal, kadar D-dimer lebih tinggi dan limfopenia lebih parah dibandingkan dengan yang selamat. Dalam satu laporan dari 21 pasien dengan COVID-19 yang dikonfirmasi laboratorium yang tidak mengembangkan gangguan pernapasan berat, kelainan paru-paru paling parah sekitar 10 hari setelah onset gejala.
Laporan kohort di lokasi di luar Wuhan telah menggambarkan temuan klinis yang serupa, meskipun beberapa telah menyarankan bahwa penyakit ringan mungkin lebih umum. Sebagai contoh, dalam penelitian terhadap 62 pasien dengan COVID-19 di provinsi Zhejiang Cina, semua kecuali satu menderita pneumonia, tetapi hanya dua yang mengalami dispnea, dan hanya satu yang memerlukan ventilasi mekanis.
Tetapi hingga saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik padan COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan member manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah pneumonia COVID-19 ini
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk mencegah penularan dari SARS-CoV-2 ini? Melansir dari WHO, ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai bentuk perlindungan dan pencegahan dari penularan COVID-19, yaitu :
1. Mencuci tangan secara berkala dengan menggunakan antiseptic alkohol atau cukup sabun dan air. Hal ini dilakukan untuk membunuh virus yang mungkin berada pada tangan kita.
2. Menjaga jarak dengan seseorang yang batuk atau bersin. WHO menyarankan untuk memberikan jarak sejauh 1 meter dari orang yang sedang bersin atau batuk disekitar kita. Hal ini dilakukan mengingat penyebaran SARS-CoV-2 kebanyakan merupakan penyebaran secara droplet, yaitu melalui bersin atau batuk.
3. Mengurangi menyentuh mata, hidung, dan mulut. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jalur masuk dari virus yang ada di tangan kita untuk masuk kedalam tubuh melalui mata, hidung, atau mulut.
4. Melatih etika ketika batuk dan bersin. WHO menyebutkan bahwa etika dalam batuk dan bersin yaitu dengan menutup hidung dan mulut dengan siku dalam atau dengan tisu. Hal ini untuk mencegah penularan lebih luas dari virus melalui droplet.
5. Jika merasakan demam dan kesulitan bernafas, segera hubungi tenaga kesehatan terdekat. Ini dilakukan untuk memeriksa apakah anda tertular SARS-CoV-2 atau tidak.
6. Tetap memperbaharui pengetahuan terkini mengenai SARS-CoV-2 dan COVID-19.
Gambar 3 dan 4. Langkah mencuci tangan yang disarankan WHO.
Gambar 5. Etika bersin dan batuk menurut WHO.
Gambar 6. Anjuran memeriksakan diri ke dokter oleh WHO.
Daftar Pustaka
Burhan, E, dkk. 2020. Pneumonia COVID-19 :Diagnosis & Penatalaksaan di Indonesia.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Center of System Science Engineering of John Hopkins University. 2020. Coronavirus
COVID-19 Global Cases.
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6 diakses pada 2 Maret 2020 pukul 22.00 WITA
Gorbalenya, Alexander E. (11 Februari 2020). "Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus – The species and its viruses, a statement of the Coronavirus Study Group". bioRxiv (dalam bahasa Inggris): 2020.02.07.937862.
Hubei Science and Technology Press. 2020. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia and
Prevention. Hubei: Hubei Science and Technology.
World Health Organization. 2020. Advice for Public : Basic Protective Measures Against the
New Coronavirus. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public diakses pada 2 Maret 2020.
World Health Organization. 2020. Health Topics : What is Coronavirus?
https://www.who.int/health-topics/coronavirus diakses pada 2 Maret 2020.
World Health Organization 2020. Q&A on Coronaviruses (COVID-19).
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses diakses pada 2 Maret 2020.
Comments